bahasaarab.jumanto.net – Syarat Isim Tasniyah dan Contohnya. Dilihat dari sisi jumlah, macam-macam isim bisa dibagi menjadi mufrad, tasniyah dan jamak.
Di artikel ini kita akan belajar syarat sebuah kalimat isim bisa diubah menjadi tasniyah atau mutsanna.
Jika tidak memenuhi syarat, maka tidak bisa disebut isim tasniyah atau mutsanna.
Apa Itu Isim Tasniyah?
Isim tatsniyah merupakan kalimat isim yang menunjukkan makna dua. Dikenal juga dengan mutsanna.
Disebut dengan isim tatsniyah jika dua hal yang sama, semakna, lafadznya sama, di’athofkan.
Contohnya مسلم ومسلم dalam bahasa arab disebut dengan مسلمان, menggunakan alif tatnsiyah sebagai tanda rofa’nya.
Adapun syarat lengkap untuk disebut sebagai isim tatsniyah, silakan baca uraian lengkap di bawah ini.
Baca juga: apa itu isim?
Syarat Isim Tasniyah
Sebuah isim dapat dibentuk menjadi tasniyah jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Mufrad
Syarat pertama agar isim dapat dibentuk menjadi tatsniyah adalah isim tersebut harus mufrod.
Adapun jamak, baik itu jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, maupun jamak taksir, tidak dapat dibentuk menjadi tasniyah.
Contoh isim mufrod yang diubah ke tatsniyah: تَاجِرٌ menjadi تَاجِرَانِ.
2. Mu’rab
Syarat yang kedua: isim tersebut harus mu’rab, yaitu menerima perubahan akhir kata saat ada amil yang masuk kepadanya. Isim mu’rab merupakan isim yang menerima tanda i’rab.
Kebalikan dari mu’rab adalah mabni. Isim yang mabni tidak dapat diubah menjadi tatsniyah.
Baca: apa itu mu’rab dan mabni?
Contoh isim mu’rob: مَاهِرٌ diubah ke dalam bentuk tatsniyah menjadi مَاهِرَانِ.
Adapun untuk lafadz ذَانِ، تَانِ، الَّذَانِ، اللتَانِ itu bukanlah isim tasniyah, melainkan lafadz-lafadz yang sejak awal dibentuk untuk menunjukkan makna dua.
3. Nakirah
Syarat yang ketiga, isim yang dapat ditasniyahkan adalah isim nakiroh.
Jika ada lafadz yang menunjukkan nama (isim ‘alam), namun dia masih mempertahankan kema’rifatannya, isim tersebut tidak dapat ditasniyahkan.
Jika memang mau diniatkan untuk menjadi isim tatsniyah, maka isim alam tersebut ditasniyahkan dengan menambahkan al di depannya.
Misalkan untuk menyebutkan dua zaid, kita sebut dengan الزَّيْدَانِ.
Isim tatsniyah itu bisa menerima al, seperti lafadz az-zaidaani di atas.
4. Tidak ada tarkib
Syarat keempat: lafadz yang akan ditasniyahkan bukanlah lafad yang dirangkai (ditarkib) baik tarkib isnadiy maupun tarkib mazjiy.
- Contoh tarkib isnadiy: تأبّطَ شرّاً, tidak dapat ditasniyahkan menurut kesepakatan ahli nahwu.
- Contoh tarkik mazjiy: بعلبك tidak dapat ditasniyahkan menurut pendapat yang lebih kuat.
Adapun jika tarkibnya berupa susunan idhofah: maka mudhofnya dapat ditasniyahkan menurut pendapat yang shahih, contoh: كِتَابُ مُحَمَّدٍ menjadi كِتَابَا مُحَمَّدٍ.
5. Sama lafadznya
Syarat kelima: dua isim yang akan ditasniyahkan itu harus memiliki kesesuaian lafadz.
Misalkan كِتَابٌ dan كِتَابٌ dibentuk menjadi كِتَابَانِ.
Pengecualian di sini adalah lafadz اَبَوَيْنِ yang artinya اَبٌ dan اُمٌّ (ayah dan ibu). Orang arab terbiasa menyebut kedua orang tua dengan sebutan abawain. Itu bukan gabungan dari abun dan abun, tapi abun dan ummun.
Abawain itu bukan isim tasniyah.
Baca juga: ciri ciri isim.
6. Kesamaan Makna
Dua isim yang akan dijadikan tasniyah itu harus memiliki makna yang sama. Jka tidak sama, tidak dapat dibentuk menjadi tasniyah.
Misalkan kata عَيْنٌ yang berarti mata dan عَيْنٌ yang berarti mata air tidak dapat digabung jadi satu menjadi tatsniyah.
Atau kata اَسَدٌ yang berarti singa dan اَسَدٌ yang berarti pria perkasa, tidak dapat digabung jadi asadaani.
Baca juga: isim maqshur.
7. Memiliki dua wujud atau lebih
Benda-benda yang dapat dibentuk menjadi tasniyah itu harus memiliki dua wujud atau lebih. Jika di dunia ini hanya satu, maka tidak dapat ditasniyahkan.
Misalkan matahari (شَمْسٌ) dan rembulan (قَمَرُ) di dunia ini hanya satu, maka keduanya tidak bisa ditatsniyahkan.
Adapun kebiasaan orang arab menyebut matahari dan bulan dengan قَمَرَيْنِ, itu tidak menunjukkan kalimat tersebut adalah isim tatsniyah.
8. Tidak ada lafadz lain yang mewakili
Misalkan lafadz سِيَانِ (artinya: keduanya sama) yang merupakan tasniyah dari lafadz سي, itu sudah menggantikan lafadz سواء (artinya: sama).
Dengan demikian untuk mengatakan keduanya sama tidak boleh memakai lafadz سواءانِ.
Nah, dari penjelasan di atas, jika kamu menemukan ada isim yang menunukkan makna dua, tapi tidak memenuhi syarat isim tasniyah 8 di atas, maka tidka disebut dengan isim tatsniyah.
Namun, disebut dengan mulhaq bit-tatsniyah.
Baca juga: isim manqush.
Kesimpulan
Tidak semua isim yang bermakna dua atau ganda disebut dengan isim tasniyah.
Disebut dengan isim tatsniyah jika memenuhi 8 syarat di atas.
Demikian penjelasan lengkap syarat isim tasniyah dan contohnya. Baca juga: isim ghairu munsharif.